Have an account?

IMMPB Gelar Musyawarah Rancangan Program Kerja

CATEGORY: | Senin, 17 Mei 2010
0
Politeknik Batam -Ikatan Mahasiswa Muslim Politeknik Batam (IMMPB) Menggelar Musyawarah Rancangan Program Kerja pada hari sabtu (15/05/10) di salah satu ruangan di Lantai 8 Politeknik Batam. Dalam kegiatan ini masing-masing divisi mempresentasikan program kerjanya yang diakhiri dengan tanya jawab untuk mendapatkan saran-saran dari peserta musyawarah.

Program kerja yang dibuat tiap divisi pada umumnya sangat kreatif dan inovatif sehingga diharapkan dengan program kerja tersebut IMMPB bisa lebih menarik perhatian mahasiswa muslim Politeknik Batam dan FT. UMRAH. Pada musyawarah ini ada 5 departemen yang memaparkan program kerjanya yaitu departemen Kaderisasi, departemen Humas dan Media, departemen Syiar, Departemen Nissa, departemen Sarana dan Prasarana.

Bagas Cindarbumi selaku Ketua Umum IMMPB berharap dengan adana musyawarah ini maka pengurus lebih siap nantinya untuk memaparkan program kerjanya masing-masing ketika bersama Bapak Zaenudin pembina IMMPB. (NM)

Untuk Mereka yang sedang Berjuang

CATEGORY: | Rabu, 05 Mei 2010
0
Oleh : nur.mahfud
Owner of nurulmahfud.blogspot.com

Jadi mahasiswa tentunya dilihat dari segi manapun sudah berbeda dengan seorang siswa kecuali satu hal yaitu mahasiswa dan siswa adalah sama-sama orang yang sedang belajar. Dalam proses belajar itu menjadi seorang mahasiswa dapat dikatakan sebagai titik awal seseorang mulai memasuki dunia kedewasaanya, karena ia harus mulai berfikir visioner, ia mulai memiliki kewajiban tidak hanya untuk kesenangan dirinya sendiri, dan ia juga harus bisa menganalisa lingkungan di sekitarnya.

Dunia keorganisasian adalah aspek yang tidak dapat dipisahkan dari seorang mahasiswa, karena melalui organisasi inilah seorang mahasiswa mempelajari ilmu-ilmu yang mungkin tidak akan ia dapatkan ketika berada di ruang kelas kuliah. Dan lihatlah orangorang besar di negeri ini, jika kita telusuri background na maka sebagian besar kita akan menemukan sebuah kesamaan yaitu mereka adalah orang-orang yang dulunya berorganisasi semasa di dunia pendidikannya.

Terkadang bagi seorang mahasiswa yang aktif dalam keorganisasian, ia akan merasakan bahwa ia memiliki kewajiban yang begitu banyak melebihi waktu yang ia miliki. Itu memang tak bisa dipungkiri dan memang sudah lumrah terjadi seperti dalam wasiatnya seorang guru besar di mesir yang bernama hasan al banna pernah menyebutkan “Ketahuilah bahwa kewajiban itu lebih banyak dari pada waktu yang terluang”

Dan factor padatnya jam terbang inilah yang dapat menghambat atau menghentikan keaktifan kita dalam berorganisasi karena biasanya memang ketika kita banyak mengikuti berbagai aktivitas keorganisasian yang super sibuk maka akan muncul banyak kendala dan pihak-pihak yang tidak setuju dengan aktivitas kita salah satunyav adalah orang tua.

Lalu bagaimana cara mengatasinya? yaph, sebelum kita masuk ke pembahasan bagaimana mengatasinya ada baiknya kita coba analisa dulu anggapan apa saja yang terjadi ketika kita aktif di keorganisasian;

1. Sebagian orang tua menganggap ketika anaknya mengikuti berbagai kegiatan di kampus maka anak mereka akan mengabaikan tugas-tugas akademiknya.
2. Komunikasi jadi tersendat karena sedikitnya waktu di rumah.
3. ………..(silahkan isi sendiri, he,,,:p)

Jika kita sudah tahu apa masalah-masalahnya baru kita cari penyelesaiannya, dan ini adalah beberapa tips n trik untuk mengatasinya yang penulis dapat dari sharing, reading, browsing n pengalaman tentunya;

1. Komunikasikan aktivitas
Tak kenal maka tak sayang, begitu pula dengan komunikasi, tak komunikasi maka tak mengerti, terkadang sebenarnya keberatan orang tua itu karena ia tidak mengetahui apa yang sebenarnya anaknya kerjakan diluar sana sehingga ketika kita bisa mengkomunikasikannya dengan baik apa yang kita kerjakan diluar sana dan mengapa kita melakukan semua itu, insya allah orang tua kita akan mengerti dan mungkin malah mendukung kegiatan-kegiatan kita.

Selain itu mengkomunikasikan dengan siapa saja teman-teman pergaulan kita diluar sana juga amat penting. Mungkin dengan memperlihatkan poto-poto kegiatan, menceritakan tentang prestasi kawan-kawan kita atau mungkin sesekali mengajak kawan-kawan kita silahturahim ke rumah agar orang tua lebih memahami kawan kita karena setiap orang tua pasti tidak ingin anaknya salah gaul.

2. Buktikan kita bisa
Nah, ni dia ni yang ga boleh dilupakan dan sangat diharapkan orang tua kita, sebuah pembuktian bahwa kita mampu dan kita bisa. banyak orang tua yang khawatir ketika kita aktif di berbagai kegiatan maka nilai kita akan anjlok, sehingga di sinilah saatnya denganberorganisasi justru nilai kita bisa semakin meningkat. dan buktikan bahwa aktivitas yang kita ikuti keluar membawa dampak bagi keluarga. Contohnya jika aktif di LDk maka tunjukkan kita memiliki nuansa spiritual (akidah, akhlak, pola pikir, dll) yang lebih baik daripada sebelumnya.

3. Memenuhi hak keluarga
Diri kita punya hak, teman kita punya hak, lingkungan kita punya hak, begitu pula keluarga kita. Hak untuk mendapatkan waktu dari kita. Unruk menumbuhkan kepercayaan keluarga terhadap kegiatan-kita maka luangkanlah waktu untuk bercengkrama dengan keluarga. mungkin muncul pertanyaan, bagaimana bisa bercengkrama jika jadwal terbang kita selalu full? Nah disinilah diperlukan manajemen waktu kita dengan membuat skala prioritas pada kegiatan-kegiatan kita berdasarkan urgensinya.

4. Jangan banyak mengeluh
Dan yang terakhir adalah kurangi mengeluh ke orang tua masalah yang berhubungan dengan kepanitian atau keorganisasian karena nantinya kegiatan kita bisa di cap jelek oleh orang tua kita. Yah klo ingin mengeluh banyak carilah rekan seperjuangan yang bisa dipercaya untuk dijadikan rekan berbagi cerita. Jadi hadapi aja setiap kegiatan kita dengan riang gembira, karena sejak awal organisasi kita adalah pilihan kita.

Ok, sekian dulu untuk tulisan kali ini, semoga bermanfaat bagi para pembaca…
Pesan dari penulis adalah ketika kita berada dalam sebuah organisasi maka yang terpenting adalah keberadaan kita di sana bukanlah karena sebuah keterpaksaan tapi karena jiwa-jiwa kita yang terpanggil ke sana untuk segera menciptakan sebuah perbaikan.

Keep hamasah…
n_n

Mengenal Hasan Al Banna

CATEGORY: | Senin, 03 Mei 2010
0
Allah SWT berfirman:

مِنَ الْمُؤْمِنِينَ رِجَالٌ صَدَقُوا مَا عَاهَدُوا اللَّهَ عَلَيْهِ فَمِنْهُمْ مَنْ قَضَى نَحْبَهُ وَمِنْهُمْ مَنْ يَنْتَظِرُ وَمَا بَدَّلُوا تَبْدِيلًا

“Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; Maka di antara mereka ada yang gugur. dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka tidak merobah (janjinya)“. (Al-Ahzab:23)

Sejarah telah mencatat para generasi dakwah Islam di era modern Iakan banyak pahlawan, dan hal tersebut telah terjadi, dan akan terus terjadi dari mereka yang memiliki sikap dan prinsip dengan tetap berpegang teguh pada manhaj Islam yang benar dan lurus, jika boleh dikatakan: bahwa mereka mampu mencapi puncak hingga peringkat sebagai pengemban dan pembawa manhaj ilahi dari generasi pertama umat Islam, dan tugas dari gerakan Islam adalah mengenang para pahlawannya dan mengapresiasi para syuhada di jalannya; sehingga kelak mereka menjadi panutan yang dapat memberikan pencerahan dan petunjuk bagi generasi dakwah setelahnya, dan setiap orang yang mengambil jalan ini.

Siapakah Hasan Al-Banna?

Beliau adalah Hassan Ahmad Abdul Rahman al-Banna, lahir di kota Al-Mahmudiya, di bagian Delta Nil Provinsi Buhaira, Mesir, pada hari Ahad, tanggal 25 Sya’ban tahun 1324, bertepatan dengan tanggal 14 Oktober tahun 1906. Beliau termasuk dalam keluarga pedesaan yang sederhana dari kebanaykan bangsa Mesir lainnya sebagai petani di sebuah desa Delta yang disebut dengan desa “Syamsyirah” [dekat dengan pantai kota Rasyid berhadapan dengan kota Idvina, bagian dari kota Fawah, Propinsi Al-Buhaira].

Kakeknya bernama Abdul Rahman, beliau adalah seorang petani dari keluagra sederhana, namun orang tua Hasan Al-Banna, Syeikh Ahmad tumbuh – sebagai anak bungsu- jauh dari aktivitas bertani; karena keinginan dari ibunya, sehingga beliau ikut dalam belajar dan menghafal Al-Qur’an dan mempelajari hukum-hukum tajwid Al-Quran, dan kemudian belajar hukum syariah di Masjid Ibrahim Pasha di Alexandria, dan disaat menempuh pendidikan, beliau ikut bekerja di sebuah toko terbesar bagian refarasi jam di Alexandria, sehingga setelah itu beliau memiliki keahlian dalam memperbaiki jam dan berdagang, dan dari sinilah beliau terkenal dengan panggilan “As-sa’ati”

Selain itu, Orang tua Al-Banna juga memiliki keahlian dan menjadi bagian dari ulama hadits karena beliau pandai di bidang tersebut, sebagaimana beliau banyak melakukan aktivitas dalam mempelajari dan mengajar sunnah nabawiyah terutama kitab yang terkenal “al-fathu Robbani fi tartiibi musnad imam Ahmad bin Hambal As-Syaibani”, dan dalam kehidupan seperti itulah tumbuh “Hassan al-Banna” mencetak banyak karakter darinya.

Awal Perjalanan

Hassan al-Banna memulai pendidikannya di sekolah tahfizhul Qur’an di Al-Mahmudiyah, dan mampu mentransfer ilmu dari banyak penulis sehingaa orang tuanya mengirim beliau kepada para penulis di dekat kota Al-Mahmudiyah. Namun waktu yang beliau tempuh di tempat para penulis sangat padat sehingga tidak mampu menyempurnakan hafalan Al-Qur’an; oleh karena terikat dengan peraturan para penulis, dan pada akhirnya beliau tidak mampu meneruskannya, lalu melanjutkan pendidikannya di sekolah tingkat SMP, meskipun ada pertentangan dari ayahnya, karena beliau sangat antusias terhadap dirinya untuk bisa menjadi penghafal Al-Qur’an, dan tidak setuju anaknya masuk sekolah SMP kecuali setelah bisa mengkhatamkan Al-Qur’an di rumahnya.

Setelah menyelesaikan sekolah SMP beliau masuk ke sekolah “Al-Mu’allimin Al-Awwaliyah” di Damanhour, dan pada tahun 1923 masuk kuliah di Fakultas Dar El-Ulum di Kairo dan lulus pada tahun 1927, dan selain itu, beliau juga mampu meraih lebih ilmu-lainnya dari ilmu-ilmu yang diterima pada saat kuliah, terutama pada kurikulum pendidikan yang diberikan saat itu; seperti pelajaran ilmu al-hayah, sistem pemerintahan, ekonomi politik, sebagaimana beliau menerima pelajaran tentang bahasa, sastra, hukum, geografi dan sejarah, sehingga dengan itu semua, membuat beliua matang dalam berbagai ilmu pengetahuan.

Beliau memiliki perpustakaan yang besar dan luas dirumahnya, di dalamnya terdapat ribuan buku, yang berisi tentang buku-buku yang terkait dengan tema yang tersebut diatas, dan ditambah dengan adanya empat belas jenis majalah dari majalah mingguan yang diterbitkan di Mesir seperti majalah al-muqtatof, majalah al-fath, majalah Al-Manar dan lain-lainnya, dan hingga saat ini perpustakaan beliau masih ada di bawah pengawasan anaknya ustadz ” “Saif al-Islam”.

Al-Banna menjalankan hidupnya selama 19 tahun sebagai guru sekolah dasar di Ismailia, dan kemudian di Kairo, dan ketika beliau mengundurkan diri dari pekerjaannya sebagai guru pada tahun 1946 beliau telah mendapat level kelima untuk menjadi PNS, setelah itu beliau bekerja di surat kabar harian “Ikhwanul Muslimin”, dan kemudian beliau menerbitkan majalah bulanan sendiri yang bernama “As-Syihab” yang di mulai pada tahun 1947; hal tersebut dilakukan agar dirinya dapat mandiri dan sebagai sumber mata pencaharian, namun akhirnya majalah tersebut dibredel oleh karena dibubarkannya jamaah ikhwanul muslimin pada tanggal 8 Desember 1948.

Pengaruh dan dampak

Syeikh Hassan al-Banna, menerima banyak pengaruh dari beberapa ulama besar dan para guru, termasuk ayahnya sendiri, Syeikh Ahmed dan Syeikh Mohammed Zahran – pemilik majalah Al-Is’ad dan pemilik sekolah Ar-Rasyad, yang mana Hasan Al-Banna terdaftar di sekolah saat beliau menetap beberapa tahun di Mahmudiyah – begitupun Syeikh Tantawi Jauhari, penyusun kitab tafsir Al-Qur’an “Al-Jawahir”, dan beliau juga menjadi pemimpin redaksi koran yang diterbitkan pertama kali oleh Ikhwanul Muslimin pada tahun 1933, setelah lulus dari Dar el-ulum tahun 1927, Hasan Al-Banna menjadi guru pada salah satu sekolah dasar di kota Ismailiyah, dan berikutnya tahun 1928 mendirikan jamaah Ikhwanul Muslimin, tapi sebelum pendiriannya beliau telah banyak terlibat dalam sejumlah asosiasi dan kelompok agama, seperti “Jam’iyah Al-Adab Al-Akhlaqiyah”, dan “Jam’iyah Man’u Al-Muharramat” di Mahmudiya, dan “At-Tariqah Al-Hashofiyah” sebuah aliran tasawuf di Damanhour, sebagaimana beliau juga ikut berpartisipasi dalam pendirian jamaah Syubbanul Muslimin pada tahun 1927 dan beliau merupakan salah satu anggotanya. Yaitu, Setelah jamaah Ikhwanul Muslimin yang didirikannya telah tumbuh, berkembang dan tersebar di berbagai segmen masyarakat dan kota, bahkan pada akhir tahun empatpuluhan ikhwanul Muslimin telah menjadi kekuatan organisasi sosial-politik yang terstruktur di Mesir, juga telah memiliki cabang yang banyak yang tersebar di berbagai negara-negara Arab dan Islam.

Imam Al-Banna selalu menegaskna bahwa jamaah yang diririkannya bukan merupakan partai politik, tetapi merupakan kesatuan ide dari berbagai nilai-nilai perbaikan, dan berusaha untuk kembali kepada Islam yang benar dan bersih dan menjadikannya sebagai manhaj yang komprehensif untuk kehidupan.

Adapun manhaj perbaikan yang beliau lakukan adalah dengan cara “Tarbiyah” dan “progresif ” dalam melakukan perubahan yang diinginkan, dan inti dari manhaj yang diinginkan itu adalah membentuk “individu Muslim” lalu “Keluarga Islam”, “komunitas Muslim”, lalu “Pemerintahan Islam”, “Negara, dan khilafah Islam dan akhirnya mencapai pada “ustadziyatul alam” .

Imam Al-Banna memimpin jamaah Ikhwanul Muslimin selama dua periode [1928-1949], dan dalam kepemimpinannya banyak berhadapan dengan peperangan politik dengan pihak lain, khususnya partai Al-Wafd dan partai Al-Saadi. Adapun sebagian besar aktivitas dari Al-Ikhwan terfokus pada permasalahan di lapangan nasional Mesir yang terpuruk setelah pecah Perang Dunia II, dan pada saat itu beliau mengajak Mesir untuk keluar dari sterling blok sehingga dapat memberi tekanan pada Inggris untuk menanggapi permintaan nasional Mesir. Dalam konteks ini, Ikhwanul Muslimin mengadakan konferensi-konferensi, dan melakukan demonstrasi untuk menuntut hak-hak negara, juga memiliki serangkaian politik assassinations terhadap tentara dan pasukan Inggris, terutama di Terusan Suez.

Dan Al-Banna juga mengutamakan perhatiannya secara khusus terhadap isu Palestina, dan menganggapnya sebagai “Persoalan seluruh dunia Islam” dan beliau selalu menegaskan bahwa “Inggris dan orang-orang Yahudi tidak akan memahami kecuali hanya satu bahasa, yaitu bahasa revolusi, kekuatan dan darah”, beliau mengakui fakta adanya aliansi Barat Zionis terhadap Islam. Beliau juga mengajak untuk melakukan penolakan terhadap konsensus pemisahan dan pembagian negeri Palestina yang dikeluarkan oleh PBB tahun 1947, dan mengajak kepada seluruh umat Islam secara umum – dan Ikhwanul Muslimin secara khusus – untuk melakukan jihad di tanah Palestina demi mempertahankan tanah Arab dan Muslim, beliau berkata: “Sesungguhnya Ikhwanul Muslimin akan mengorbankan jiwa dan harta mereka untuk mempertahankan setiap jengkal dari bumi Palestina Islam dan Arab sehingga Allah mewarisi bumi ini dan orang-orang yang bersamanya “. Dan akhirnya pada tanggal 6 Mei 1948 Lembaga Pendiri Ikhwanul Muslimin mengeluarkan keputusan yang menegaskan jihad suci melawan Yahudi sang agresor, untuk itu Al-Banna mengirim brigade Mujahidin dari Ikhwanul Muslimin ke Palestina dalam perang tahun 1948. Hal inilah yang menyebabkan pemerintah Mesir melikuidasi jamaah Ikhwanul Muslimin pada bulan Desember tahun 1948; sehingga, menyebabkan terjadinya bentrokan antara Ikhwanul Muslimin dan Pemerintah An-Nakrasyi.

Al-Banna memiliki pendapat yang tepat dan wawasan yang luas terhadap qadhiyah an-nahdhah (masalah kebangkitan) yang mampu membuat sibuk umat Islam sejak dua abad sebelumnya dan hingga sekarang masih didengungkan. Beliau menghubungkannya dengan masalah kemerdekaan dari kolonialisme dan ketergantungan pada Eropa dari satu sisi, dan terhadap kemajuan ilmu pengetahuan yang harus dicapai oleh umat Muslim pada sisi yang lain, dan beliau mengatakan: “Kita tidak akan mampu melakukan perbaikan dan kita tidak bisa menerapkan konsep perbaikan secara internal selama kita belum merdeka dari intervensi dan campur tangan asing” Beliau juga mengatakan: “Tidak ada kebangkitan tanpa ilmu pengetahuan dan apa yang diraih oleh orang kafir -dalam menjajah- adalah karena dengan ilmu “, beliau melihat bahwa ketergantungan umat Islam pada Eropa terhadap tradisi dan kebiasaan-kebiasaannya dapat menghalangi kemerdekaan dan kebangkitan mereka, beliau berkata: “Bukankah sebuah paradoks yang aneh, kita meninggikan suara menuntut untuk merdeka dari Eropa dan melakukan protes keras terhadap segala tindak tanduknya, sementara di pihak lain kita meng agungkan tradisi-tradisinya dan terbiasa dengan adat-adatnya, dan bahkan kita lebih memilih produk-produknya?

Sebagaimana beliau juga melihat bahwa persoalan perempuan merupakan salah satu permasalahan sosial paling penting; karena itu, karena itu -sejak awal didirikannya Ikhwanul Muslimin- beliau banyak memberikan perhatian terhadap permasalahan kaum perempuan, beliau membuat bagian khusus yang disebut dengan “Akhwat Muslimat”. Dan beliau selalu menekankan bahwa Islam telah memberikan kepada perempuan hak-hak pribadi, sipil dan politik, dan pada saat yang bersamaan, Islam juga meletakkan kaidah-kaidah yang harus dipertimbangkan dan diperhatikan dalam penerapan hak-hak tersebut

Namun Imam Al-Banna tidak hanya menyeru untuk mendirikan sebuah sistem pemerintahan keagamaan teokratis dengan pengertian yang dikenal oleh Eropa pada abad pertengahan, namun beliau menyeru untuk menerapkan hukum Islam berdasarkan aturan dari syura, kebebasan, keadilan dan kesetaraan.

Dan beliau menerima dengan lapang bentuk konstitusional undang-undang parlemen, dan menganggap lebih dekat sistem pemerintahan di seluruh dunia terhadap Islam, dan beliau melihat bahwa jika formula tersebut diterapkan, maka dipastikan akan mampu mewujudkan tiga prinsip yang melandasi aturan Islam; yaitu “tanggungjawab pemimpin, kesatuan umat dan penghargaan terhadap kehendaknya”.

Terbunuhnya Sang Imam

lokasi: Kairo, di distrik Al-Himliyah. Waktu: Pertengahan malam tanggal 12 Februari 1949. Kronologi: terdapat beberapa kendaraan polisi melaju di tengah keheningan malam, hingga mencapai pada salah satu jalan di distrik Al-Hilmiyah, Kairo, mereka bertugas menghentikan kendaraan yang melaju di jalan tersebut, beberapa tentara memblokade jalan dengan senjata lengkap,dan penjagaan diperketat terutama di sebuah rumah sederhana di yang ada di jalan tersebut, lalu sebuah mobil polisi melaju menuju rumah tersebut, satu barisan tentara memindahkan mayat dari mobil ke rumah tersebut dengan cepat, lalu mengetuk pintu yang ada di atasnya, seorang Syeikh berumur sembilan puluhan tahun membuka, lalu beberapa tentara masuk ke rumah tersebut sebelum mereka memasukkan tubuh yang sudah mati tersebut untuk mengkonfirmasi tidak ada orang lain di rumah tersebut, ultimatum yang keras disampaikan kepda syekh tersebut; tidak boleh ada suara, tidak boleh ada kegaduhan, dan bahkan tidak boleh ada seorangpun yang boleh mengurus mayat tersebut, cukup anda dan keluarta yang ada di rumah, dan tepat jam sembilan esok pagi beliau harus dimakamkan.

Adapun Syeikh tersebut adalah orang tua almarhum, meskipun ia terketut, sekalipun ia sudah tua, dirinya mampu memakamkan anaknya sendirian, beliau membersihkan darah anaknya yang terkena peluru dan mendarat di sekujur tubuhnya.

Pada pagi harinya, petugas datang tepat waktu, mereka berkata: bawa sini anakmu untuk segera dikubur. Maka syeikh yang sudah berumur 90 tahun tersebut berseloroh: bagaimana saya membawanya? Seharusnya sebagian prajurit ikut membawanya! Namun para prajurit menolak, dan responnya adalah hendaknya orang-orang rumah yang membawanya. Saat itu almarhum meninggalkan beberapa anak perempuan dan seorang anak laki-laki yang masih bayi.

Akhirnya tubuh yang sudah menjadi mayat dibawa oleh istrinya dan anak perempuannya dan dibantu oleh ayahnya, dan bagi siapa yang berani ikut membantunya maka akan ditangkap dan di penjara, akhirnya jenazah sampai ke masjid untuk di shalatkan, tidak ada yang ikut menyolatkannya kecuali ayahnya dan dibelakangnya anaknya (istri sang imam) dan anak-anak perempuan dari keturunannya, dan mereka juga yang turun ke kubur, lalu kembali ke rumah dengan penjagaan yang super ketat, demikian kronologi pembunuhan dan prosesi pemakaman As-Syahid Imam “Hassan al-Banna”, setelah itu banyak tetangganya yang ditangkap, tidak ada alasan lain kecuali hanya karena mengungkapkan takziah (belasungkawa) kepada keluarga yang ditinggal, dan blokade terus berlanjut tidak hanya di rumah karena khawatir banyak yang berdatangan untuk takziya, namun juga di sekitar kuburan sang imam, karena takut ada yang berani mengeluarkan mayatnya dan mengekspos kejahatan yang telah terjadi, bahkan banyak dari pihak kepolisian disebar di beberapa masjid; untuk segera ditutup kembali setelah ibadah shalat ditunaikan, karena takut ada seseorang yang berani menshalatkannya.

Di sisi lain seorang raja negara tersebut menunda dalam merayakan ulang tahun ke 11 Februari dari 12 Februari; untuk ikut merayakan bersama orang merayakan kematian sang imam, dan salah seorang intelektual menceritakan bahwa dirinya menyaksikan salah satu perayaan di sebuah hotel di Amerika Serikat, dan ketika diceritakan alasan perayaan ini, ia dapat mengetahui bahwa perayaan tersebut dilakukan untuk mengungkapkan kegembiraan karena kematian Imam As-Syahid Hasan Al-Banna. Jika kebenaran ada pada musuh, maka sesungguhnya pusat penelitian di Prancis dan Amerika ikut berpartisipasi dalam peletakan seratus orang yang paling terpengaruh di dunia pada abad kedua puluh, dua dari dunia Arab adalah: Imam As-Syahid “Hassan al-Banna”, dan yang lainnya adalah Gamal Abdul Nasser.

Buku-buku karangan imam Hasan Al-Banna

Tidak ada yang dimiliki oleh Hassan al-Banna dari literatur buku atau karangan-karangannya kecuali berupa risalah, baik kumpulan dan cetakan dengan judul buku “Majmuah Rasail imam Hasan Al-Banna” sebagai referensi utama dalam memahami pemikiran dan manhaj Ikhwanul Muslimin secara umum. Beliau juga memiliki buku mudzakarah yang dicetak beberapa kali dengan judul “Mudzakirah da’wah wa da’iyah”, selain itu beliau juga memiliki majalah dan riset-riset kecil dalam jumlah yang besar, seluruhnya tersebar dalam koran-koran dan majalah Ikhwanul Muslimin yang dimuat pada tahun tiga puluh dan empatpuluhan tahun yang lalu.

Rahimahullah Imam As-Syahid Hasan Al-Banna


Sumber: Al-Ikhwan.net

Nabi Muhammad, The Dakwah Super Leader

CATEGORY: |
0
Sebagai seorang utusan Allah SWT, Muhammad SAW mempunyai tugas menyampaikan risalah Ilahiyah kepada seluruh umat manusia. Berbeda dengan utusan-utusan Allah sebelumnya, sasaran dakwah Muhammad SAW bukan hanya mereka yang sezaman dengannya, tetapi juga umat-umat sesudahnya, karena ajaran yang dibawanya melintasi ruang dan waktu, melebihi batas-batas negara Madinah yang dipimpinnya dan era kerasulannya.

Fungsi kenabian dan kerasulan yang diemban Muhammad SAW menuntutnya untuk memiliki sifat-sifat yang mulia agar apa yang disampaikannya dapat diterima dan diikuti oleh seluruh umat manusia.

Ada banyak sifat-sifat mulia yang dimiliki oleh Muhammad SAW sebagai seorang ‘pemimpin dakwah yang super’, di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Disiplin Wahyu

Seorang rasul pada dasarnya adalah pembawa pesan Ilahiyah untuk disampaikan kepada umatnya, tugasnya hanya menyampaikan firman-firman Tuhan. Ia tidak mempunyai otoritas untuk membuat-buat aturan keagamaan tanpa bimbingan wahyu. Ia juga tidak dapat mengurangi atau menambah apa yang telah disampaikan Allah kepadanya. Ia juga tidak boleh menyembunyikan firman-firman Tuhan meskipun itu merupakan suatu teguran kepadanya, atau sesuatu yang mungkin saja menyulitkan posisinya sebagai manusia biasa di tengah umatnya.

Muhammad SAW menjalankan fungsi ini dengan baik. Beliau tidak berbicara kecuali sesuai dengan wahyu. Beliau tidak membuat-buat ayat-ayat suci dengan mengikuti hawa nafsunya sendiri. Beliau juga tidak menambah atau mengurangi apa yang telah disampaikan kepadanya.

Dalam beberapa kesempatan wahyu diturunkan untuk mengkritik sikap beliau tetapi beliau tetap menyampaikannya. Misalnya ketika beliau kurang memberikan perhatian penuh kepada Abdullah bin Ummi Maktum yang buta karena sedang menghadapi delegasi para pemimpin Quraisy.

Beliau juga menyampaikan wahyu Allah tentang pernikahan ‘kontroversial’ nya yang dilakukannya dengan Zainab binti Jahsy meskipun ini menyulitkan posisinya terutama menghadapi tekanan dari kaum munafik yang selalu berusaha mencari celah untuk menjatuhkan wibawanya.

2. Memberikan Teladan

Sebagai pemimpin keagamaan, Muhammad SAW juga memberikan teladan yang baik kepada umatnya, khususnya dalam melaksanakan ritual-ritual keagamaan dan melaksanakan code of conduct kehidupan sosial masyarakat.

Dalam mengerjakan shalat misalnya, beliau telah memberikan contoh bagaimana mengerjakan shalat yang benar. Beliau pernah mengatakan, “Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku shalat.” Hal ini memberi isyarat bahwa segala macam cara shalat yang tidak dicontohkan oleh beliau tidak sah.

3. Komunikasi yang Efektif

Dakwah adalah proses mengkomunikasikan pesan-pesan Ilahiyah kepada orang lain. Agar pesan itu dapat disampaikan dan dipahami dengan baik, maka diperlukan adanya penguasaan terhadap teknik berkomunikasi yang efektif.

Muhammad SAW merupakan seorang komunikator yang efektif. Hal ini ditandai oleh dapat diserapnya ucapan, perbuatan dan persetujuan beliau oleh para sahabat yang lemudian ditransmisikan secara turun-temurun. Inilah yang kemudian dikenal dengan hadits atau sunnah Muhammad SAW.

Keahlian dan kelihaian beliau dapat berkomunikasi telah menarik banyak manusia di zamannya untuk mengikuti ajarannya, begitu juga dengan orang-orang yang tidak pernah bertemu dengannya yang beriman meskipun tidak mendengar langsung ajaran Islam dari mulut beliau sendiri.

4. Dekat dengan Umatnya

Sebagai pemimpin keagamaan, Muhammad SAW tidak berhenti pada sebatas menyampaikan wahyu Allah SWT. Beliau tidaklah seorang yang hanya mengatakan bahwa ini baik dan itu buruk kemudian menjaga jarak dari umatnya. Beliau bukanlah seseorang yang mengurung diri dari publik dan selalu menyibukkan diri dengan rutinitas ibadah. Beliau adalah seorang penyeru yang sangat dekat dengan umatnya.

Beliau sering mengunjungi sahabat-sahabatnya di rumah-rumah mereka. Beliau juga sering bermain dengan anak-anak mereka. Beliau turun langsung melihat realitas kehidupan pengikutnya dan orang-orang yang belum beriman dengannya.

Beliau tidak segan-segan mengusap kepala anak yatim, menghapus air mata fakir miskin, menyuapi peminta-minta, dan sebagainya.

Muhammad SAW banar-benar seorang pemimpin keagamaan yang dekat dengan umatnya. Beliau tidak sekedar ceramah dari satu masjid ke masjid lain tetapi menyentuh langsung hati umatnya di tempat mereka berada.

5. Pengkaderan dan Pendelegasian Wewenang

Dalam suatu riwayat, Muhammad SAW pernah bersabda bahwa Allah SWT tidak mengangkat ilmu dengan mencabut ilmu itu dari manusia. Melainkan Allah SWT mencabut ilmu melalui wafatnya para ulama.

Demikian juga halnya dengan ilmu keagamaan yang akan hilang dengan kematian para ulama yang menguasai ilmu tersebut. Secara tidak langsung sabda ini mengisyaratkan kesadaran beliau tentang perlunya menciptakan kader-kader yang beliau isi dengan ilmu pengetahuan keagamaan yang akan meneruskan dakwah beliau ketika beliau tiada.

Dalam haditsnya yang lain, beliau bersabda bahwa para ulama adalah pewaris para nabi. Muhammad SAW adalah seorang nabi yang menciptakan ulama-ulama (baca: sahabat) yang akan mewarisi ilmunya.

Pengkaderan ini beliau lakukan terhadap beberapa orang sahabat yang beliau didik dalam ilmu keagamaan. Beliau juga mendelegasikan wewenang kepada beberapa orang sahabat yang telah diberinya ilmu yang mencukupi untuk menyampaikan dan mengajarkan ajaran Islam kepada mereka yang belum atau baru saja memeluk agama Islam.

Misalnya, beliau mengutus Mus’ab bin Umair ke Madinah untuk menyiarkan Islam di sana. Pembinaan dan pendelegasian wewenang ini cukup efektif karena pada gilirannya mereka juga akan membentuk kader mereka sendiri-sendriri sehingga ajaran Islam semakin luas syiarnya.