Have an account?
Posted by IMMPB on Senin, 03 Mei 2010 in
Sebagai seorang utusan Allah SWT, Muhammad SAW mempunyai tugas menyampaikan risalah Ilahiyah kepada seluruh umat manusia. Berbeda dengan utusan-utusan Allah sebelumnya, sasaran dakwah Muhammad SAW bukan hanya mereka yang sezaman dengannya, tetapi juga umat-umat sesudahnya, karena ajaran yang dibawanya melintasi ruang dan waktu, melebihi batas-batas negara Madinah yang dipimpinnya dan era kerasulannya.

Fungsi kenabian dan kerasulan yang diemban Muhammad SAW menuntutnya untuk memiliki sifat-sifat yang mulia agar apa yang disampaikannya dapat diterima dan diikuti oleh seluruh umat manusia.

Ada banyak sifat-sifat mulia yang dimiliki oleh Muhammad SAW sebagai seorang ‘pemimpin dakwah yang super’, di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Disiplin Wahyu

Seorang rasul pada dasarnya adalah pembawa pesan Ilahiyah untuk disampaikan kepada umatnya, tugasnya hanya menyampaikan firman-firman Tuhan. Ia tidak mempunyai otoritas untuk membuat-buat aturan keagamaan tanpa bimbingan wahyu. Ia juga tidak dapat mengurangi atau menambah apa yang telah disampaikan Allah kepadanya. Ia juga tidak boleh menyembunyikan firman-firman Tuhan meskipun itu merupakan suatu teguran kepadanya, atau sesuatu yang mungkin saja menyulitkan posisinya sebagai manusia biasa di tengah umatnya.

Muhammad SAW menjalankan fungsi ini dengan baik. Beliau tidak berbicara kecuali sesuai dengan wahyu. Beliau tidak membuat-buat ayat-ayat suci dengan mengikuti hawa nafsunya sendiri. Beliau juga tidak menambah atau mengurangi apa yang telah disampaikan kepadanya.

Dalam beberapa kesempatan wahyu diturunkan untuk mengkritik sikap beliau tetapi beliau tetap menyampaikannya. Misalnya ketika beliau kurang memberikan perhatian penuh kepada Abdullah bin Ummi Maktum yang buta karena sedang menghadapi delegasi para pemimpin Quraisy.

Beliau juga menyampaikan wahyu Allah tentang pernikahan ‘kontroversial’ nya yang dilakukannya dengan Zainab binti Jahsy meskipun ini menyulitkan posisinya terutama menghadapi tekanan dari kaum munafik yang selalu berusaha mencari celah untuk menjatuhkan wibawanya.

2. Memberikan Teladan

Sebagai pemimpin keagamaan, Muhammad SAW juga memberikan teladan yang baik kepada umatnya, khususnya dalam melaksanakan ritual-ritual keagamaan dan melaksanakan code of conduct kehidupan sosial masyarakat.

Dalam mengerjakan shalat misalnya, beliau telah memberikan contoh bagaimana mengerjakan shalat yang benar. Beliau pernah mengatakan, “Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihat aku shalat.” Hal ini memberi isyarat bahwa segala macam cara shalat yang tidak dicontohkan oleh beliau tidak sah.

3. Komunikasi yang Efektif

Dakwah adalah proses mengkomunikasikan pesan-pesan Ilahiyah kepada orang lain. Agar pesan itu dapat disampaikan dan dipahami dengan baik, maka diperlukan adanya penguasaan terhadap teknik berkomunikasi yang efektif.

Muhammad SAW merupakan seorang komunikator yang efektif. Hal ini ditandai oleh dapat diserapnya ucapan, perbuatan dan persetujuan beliau oleh para sahabat yang lemudian ditransmisikan secara turun-temurun. Inilah yang kemudian dikenal dengan hadits atau sunnah Muhammad SAW.

Keahlian dan kelihaian beliau dapat berkomunikasi telah menarik banyak manusia di zamannya untuk mengikuti ajarannya, begitu juga dengan orang-orang yang tidak pernah bertemu dengannya yang beriman meskipun tidak mendengar langsung ajaran Islam dari mulut beliau sendiri.

4. Dekat dengan Umatnya

Sebagai pemimpin keagamaan, Muhammad SAW tidak berhenti pada sebatas menyampaikan wahyu Allah SWT. Beliau tidaklah seorang yang hanya mengatakan bahwa ini baik dan itu buruk kemudian menjaga jarak dari umatnya. Beliau bukanlah seseorang yang mengurung diri dari publik dan selalu menyibukkan diri dengan rutinitas ibadah. Beliau adalah seorang penyeru yang sangat dekat dengan umatnya.

Beliau sering mengunjungi sahabat-sahabatnya di rumah-rumah mereka. Beliau juga sering bermain dengan anak-anak mereka. Beliau turun langsung melihat realitas kehidupan pengikutnya dan orang-orang yang belum beriman dengannya.

Beliau tidak segan-segan mengusap kepala anak yatim, menghapus air mata fakir miskin, menyuapi peminta-minta, dan sebagainya.

Muhammad SAW banar-benar seorang pemimpin keagamaan yang dekat dengan umatnya. Beliau tidak sekedar ceramah dari satu masjid ke masjid lain tetapi menyentuh langsung hati umatnya di tempat mereka berada.

5. Pengkaderan dan Pendelegasian Wewenang

Dalam suatu riwayat, Muhammad SAW pernah bersabda bahwa Allah SWT tidak mengangkat ilmu dengan mencabut ilmu itu dari manusia. Melainkan Allah SWT mencabut ilmu melalui wafatnya para ulama.

Demikian juga halnya dengan ilmu keagamaan yang akan hilang dengan kematian para ulama yang menguasai ilmu tersebut. Secara tidak langsung sabda ini mengisyaratkan kesadaran beliau tentang perlunya menciptakan kader-kader yang beliau isi dengan ilmu pengetahuan keagamaan yang akan meneruskan dakwah beliau ketika beliau tiada.

Dalam haditsnya yang lain, beliau bersabda bahwa para ulama adalah pewaris para nabi. Muhammad SAW adalah seorang nabi yang menciptakan ulama-ulama (baca: sahabat) yang akan mewarisi ilmunya.

Pengkaderan ini beliau lakukan terhadap beberapa orang sahabat yang beliau didik dalam ilmu keagamaan. Beliau juga mendelegasikan wewenang kepada beberapa orang sahabat yang telah diberinya ilmu yang mencukupi untuk menyampaikan dan mengajarkan ajaran Islam kepada mereka yang belum atau baru saja memeluk agama Islam.

Misalnya, beliau mengutus Mus’ab bin Umair ke Madinah untuk menyiarkan Islam di sana. Pembinaan dan pendelegasian wewenang ini cukup efektif karena pada gilirannya mereka juga akan membentuk kader mereka sendiri-sendriri sehingga ajaran Islam semakin luas syiarnya.

0 Responses to “Nabi Muhammad, The Dakwah Super Leader”:

Posting Komentar